Jika kita perhatikan, beberapa motor yang
dijual di Indonesia, seperti motor jenis sport dan moge, memakai peredam kejut
(shockbreaker) yang berbeda dengan model yang dipakai pada umumnya.
Perbedaan terlihat dari adanya jalur ulir
pada batang shock, tepat di besi yang menjadi penumpu pegas. Terkait hal ini,
ada mitos yang mengatakan fungsi dari ulir tersebut adalah untuk mengatur
tingkat kekerasan shock.
Pendapat tersebut tidak benar. Hal ini,
karena tingkat kekerasan per maupun peredam kejut tidak bisa diatur hanya
melalui naik turunnya dudukan pegas pada shock.
Fungsi ulir tersebut adalah untuk mengatur
jarak main shock, disesuaikan dengan bobot pengendara. Jika pengendara memiliki
bobot badan yang cukup berat, otomatis tinggi besi peredam akan turun, sehingga
jarak main shock tidak maksimal.
Jadi secara umum, ulir berfungsi untuk
menambah tinggi shock, bukan mengatur tingkat kekerasan peredamannya.
Ada cara khusus yang dapat dilakukan untuk
mengukur seberapa tinggi, kita harus mengatur jarak main shock. Oleh para
teknisi dan pebalap, pengukuran ini biasa disebut dengan istilah pre load.
Pertama adalah dengan memasang standar
tengah motor, kemudian ukur jarak dari baut roda belakang ke sebuah titik yang
sejajar ke arah atas, misalnya pegangan belakang atau stiker.
Setelah itu, lipat standar tengah dan
kembali ukur jarak antara dua titik tersebut. Terakhir, minta seseorang
mengukur jarak antara kedua titik, sembari Anda naik di atas motor.
Selisih antara pengukuran pertama dan
ketiga disarankan ada di angka 30-40 milimeter (mm), sedangkan selisih antara
pengukuran pertama dan kedua sebaiknya 5-10 mm. Angka ini adalah yang
disarankan, baik oleh produsen shock maupun para pebalap senior.
0 Komentar untuk "Banyak yang salah mengenai fungsi Ulir Shock Belakang Motor, Mitos atau Fakta"